Kamis, 24 Maret 2011

Investasi Saham

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Keputusan investasi dapat dilakukan individu.Investasi juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.

1.2 Permasalahan
1. Apa saja ciri-ciri investasi?
2. Apa saja keunggulan investasi saham?
3. Bagaimana laba dari berinvestasi saham?
4. Apa saja resiko berinvestasi?
5. Bagaimana sejarah ringkas bursa efek Jakarta?
6. Bagaimana berinvestasi di luar negeri?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui diantaranya:
1. Ciri-Ciri Investasi
2. Keunggulan Investasi Saham
3. Laba Dari Berinvestasi Saham
4. Resiko Berinvestasi
5. Sejarah Ringkas Bursa Efek Jakarta
6. Berinvestasi Di Luar Negeri



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ciri-Ciri Investasi
Investasi memiliki beberapa cirri-ciri sebagai berikut:
1. Investasi harus menghasilkan jumlah yang lebih besar.
investasi harus menghasilkan jumlah yang bertambah banyak, tapi investasi juga bisa tidak dapat menghasilkan alias gagal.
2. Investasi mensyaratkan modal awal.
investasi itu pada hakikatnya memutar modal.
3. Investasi itu menuntut keahlian atau menghasilkan kemahiran.
Sedikitnya seorang investor pasti memiliki keahlian/pengetahuan dibidangnya, sehingga mereka berpikir investasi yang dijalankan kemungkinan berhasil. Misal untuk investasi reksadana, pasti akan cari tahu dulu apa itu reksadana, baru berinvestasikan ?. Bisa juga berinvestasi dengan mengikuti sekolah atau kursus dengan harapan yang menghasilkan suatu pengalaman
4. Investasi selalu masuk akal.
Investasi itu sebuah skenario yang masuk akal, memasukan dana ke ember dan berharap besok berlipat ganda jelas bukan investasi, karena caranya tidak masuk akal. Jangan pula berharap semua investasi dapat menghasilkan jumlah berkali-kali lipat dalam waktu singkat, walaupun ada tawaran demikian, itu adalah investasi yang tidak wajar. cermati, dan analisa sebelum berinvestasi
5. Investasi mengandung kepastian berhasil diatas 50%.
upaya kita tidak menyamakan investasi dengan judi, sebab judi hanya memiliki ciri-ciri menang/kalah 50%-50%, sedangkan investasi harus dapat menjanjikan kepastian kemungkinan beruntung lebih dari 50%. Misalkan…, kita ingin membeli sebidang tanah, maka kita harus harus yakin nilai tanah itu pasti meningkat. Bila dikemudian hari nilai tanah itu merosot dikarenakan menjadi daerah rawan banjir atau disekitarnya berkembang menjadi daerah rawan kriminal, ini disebut resiko berinvestasi.
6. Investasi tidak dapat diketahui hasilnya terlebih dahulu.
Investasi selalu mengandung resiko. Hasil yang 100% past,i tidak dapat disamakan dengan investasi. Kepada mereka yang takut menanggung resiko sebaiknya disarankan menabung dibank saja. Resikonya hampir nihil, kecuali kalau banknya bangkrut.
7. Investasi tidak melanggar etika atau hukum.
Misalkan, menanam ganja atau mendirikan pabrik obat-obatan psikotropika adalah melanggar hukum. Itu bukan investasi tapi kriminal.
8. Investasi di sebut juga memutar “uang dingin”.
Investasi menggunakan uang yang mengendap dalam kurun waktu tertentu untuk menghasilkan nilai tambah.
9. Investasi berjumlah relatif besar.
Umumnya suatu investasi bernilai cukup besar. misalkan, memelihara ayam 1-5 ekor itu adalah hobby, tapi kalau sudah 1000 ekor, itu baru namanya investasi…, karena bisa diambil telur atau dagingnya untuk dijual.
10. Investasi merupakan fungsi waktu.
Banyak orang lupa kalau investasi itu memerlukan waktu. Hampir tidak ada investasi nilainya naik dalam waktu semalam, kecuali menang judi. Investasi yang bagus adalah yang berkembang dalam waktu relatif singkat dan aman seiring dengan berlalunya waktu.

2.2 Keunggulan Investasi Saham
1. Menarik keuntungan dari IPO
Harga saham IPO sebenarnya adalah harga discount, sehingga pada beberapa emiten dengan harga yang logis di IPO-nya dan didukung dengan kondisi market bullish – maka hari pertama perdagangan adalah profit untuk anda. Lihat kasus IPO-nya ADRO, naik 57% perhari ,harga IPO Rp.1.100/lembar dan day 1 sampai Rp.1760 dan sekarang closed di Rp.1540/lembar. Kasus IPO-nya BIPI juga hampir sama
2. Capital Gain
Selisih harga beli dan harga jual, hal yang umum diharapkan oleh trader dan investor saham. Ada teman saya yang kemarin collect BUMI di harga Rp. 2100/lembar, sekarang tersenyum dengan bullishnya BUMI 3 hari terakhir naik ke Rp.2675/lembar — dan siap terbang kembali ke harga wajarnya BUMI. Artinya dia bisa profit 27% dalam 3 hari — bandingkan dengan bunga deposito yang hanya 7% pertahun.
3. Menerima Deviden
Kalaupun saham anda nilainya turun kan tidak berarti selalu rugi, selama belum cutloss dijual. Terkadang saham-saham bluechips malah jor-joran membagikan deviden. Seperti TLKM yang membagian deviden 2 kali di tahun ini. DEVIDEN adalah sebagian laba hasil usaha perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham, lihat ANTM meskipun nilai sahamnya tergerus turun namun deviden yang sebesar 6,25% adalah gain yang lumayan. Sambil melihat suatu saat harga emas dan nikel kembali booming.
4. Stock Split
Aksi emiten untuk pecah saham sehingga jumlah saham kita tambah banyak tanpa mesti keluar uang lagi. Kemarin teman lain pegang PGAS sebelum akhirnya stock split 1 : 5 sehingga saham teman saya tersebut nambah 5 kali lipat. Bayangkan beli 2 lot jadi 10lot, kalau harganya balik kembali kan apa nggak senyum-senyum
5. Right Issue atau Saham Bonus
Right Issue adalah penawaran saham baru tambahan, biasanya harganya lebih murah dari harga pasar sperti UNTR yang kemarin belum lama menawarkan 1 lot UNTR = Rp. 7500/lembar bagi pemilik 6 lot UNTR. Padahal saat ini harga market UNTR masih diatas Rp. 10.000,-. Dan memang telah lama juga tidak ada pembagian saham bonus, bisa saja akan ada lagi.

2.3 Laba Dari Berinvestasi Saham
Target dapat kita tentukan dengan beberapa cara. Kita bisa mulai dengan yang paling sederhana: menentukan target secara umum. Kita bisa juga menentukan target berdasar bingkai waktu (time frame) investasi, apakah jangka panjang (investasi) atau jangka pendek (trading).
1. Target Laba Main Saham (Umum)
Pemula (pengalaman sampai dengan 2 tahun)
Mulailah dengan perlahan-lahan. Jangan bermimpi untung besar. Yang paling penting: usahakan rugi anda maksium 20% per tahun.
Menengah (pengalaman sampai dengan 6 tahun)
Target pemain saham berpengelaman menengah adalah untung 10% per tahun.
Mengapa cuma 10%?
Setelah beberapa tahun bermain saham, anda sudah paham sedikit tentang saham. Bila saya ibaratkan anda sebagai pengemudi motor, anda sudah pandai mengemudi motor, bahkan dengan kecepatan tinggi. Tapi anda baru jago ngebut di jalan lurus. Anda belum ahli ngebut di sirkuit yang berliku-liku.
Dengan pemahaman terbatas itu, saya menyarankan target 10%, yang relatif kecil, supaya anda tetap berhati-hati. Bila target terlampau tinggi, anda mungkin akan menjadi agresif dan melakukan kesalahan fatal dan merugi besar.
2.Target Laba Investasi Saham (Jangka Panjang)
Pada pos "Target Laba Main Saham (Umum)" saya menganjurkan pemain saham untuk menentukan target -20%, +10%, atau +20% per tahun tergantung pengalaman. Target-target tersebut cukup wajar tapi kurang tepat karena kita tidak membandingkan mereka dengan kondisi pasar.
Mengapa kita perlu membandingkan target dengan kondisi pasar?
Sebab utama adalah karena kondisi pasar mempengaruhi hasil investasi jangka panjang. Kalau pasar naik, saham juga naik; investor untung. Kalau pasar turun, saham juga turun; investor rugi. Artinya: investor lebih mudah untung waktu pasar naik daripada waktu pasar terpuruk.
Kalau pasar terus turun dalam jangka waktu yang lama, investor jangka panjang sulit mendapat untung—malahan lebih mungkin rugi—pada periode tersebut. Karena alasan inilah investor perlu membedakan target sesuai kondisi pasar.
3. Target Laba Trading Saham (Jangka Pendek)

Target laba trading saham berbeda dengan target investasi saham (jangka panjang) karena trading yang bersifat jangka pendek harus dibarengi dengan target yang bingkai waktunya juga pendek.
Mengapa?
Kondisi pasar secara keseluruhan—yang sangat dominan mempengaruhi investasi jangka panjang—tidak begitu dominan pengaruhnya pada trading (dagang) saham yang bersifat jangka pendek. Yang saya tekankan di sini adalah bagian "tidak begitu dominan." Artinya, secara teoritis trader seharusnya bisa mendapat untung saat pasar naik ataupun turun.
Pasar yang naik-turun adalah kesempatan emas bagi trader untuk mencari untung. Saat pasar naik, trader bisa untung dengan cara membeli saham untuk dijual di harga lebih tinggi. Saat pasar turun, trader tetap bisa untung dengan cara membeli di harga rendah untuk dijual di harga lebih tinggi.
Tentu saja, kebalikannya juga bisa terjadi. Trader bisa rugi waktu pasar naik dan juga rugi waktu pasar turun.
Karena sifat trading seperti yang dikemukakan di atas--bisa untung waktu pasar turun, tapi juga bisa buntung waktu pasar naik--kita harus mempersempit bingkai waktu (time frame) perhitungan target dari per tahun menjadi per bulan. Selain itu, kita juga harus menetapkan target rugi maksimal yang diperbolehkan.

2.4 Resiko Berinvestasi
Didalam berinvestasi pasti terdapat resiko biasanya hanya terdapat tiga (3) risiko yang paling ditakutkan orang ketika mereka berinvestasi diantaranya:
1. Turunnya Nilai Investasi
Risiko yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi umumnya adalah "Apakah uang saya akan hilang?" Kebanyakan orang mungkin menjawab "tidak" kalau ditanya seperti itu. Iyalah, mana ada, sih orang yang mau kehilangan uangnya? Akan tetapi, masalahnya, yang namanya risiko pasti ada dalam setiap investasi. Hanya bedanya adalah di ukurannya. Ada produk investasi yang risikonya cukup besar, ada yang sedang, ada yang kecil. Itu mungkin butuh pembahasan yang khusus di NOVA nomor-nomor mendatang. Yang jelas, satu hal yang paling ditakuti orang, sekali lagi adalah: "Apakah uang saya akan hilang?"
Sekarang kalau Anda berinvestasi, seberapa besar penurunan nilai yang bersedia Anda tanggung bila Anda mengalami kerugian? 10 persen? 30 persen? 50 persen? Atau 100 persen? Berapapun besar kerugian yang bersedia Anda tanggung, ingatlah, itu adalah bagian dari berinvestasi. Jangan pernah mengharapkan Anda akan terus-menerus untung. Yang namanya kerugian, sesekali memang harus dialami. Kalau enggak mengalami, ya enggak belajar, kan?
2. Sulitnya Produk Investasi itu Dijual
Risiko kedua yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi adalah apakah produk investasi yang dibelinya itu mudah untuk dijual kembali. Beberapa orang mungkin senang berinvestasi ke dalam emas karena emas dianggap mudah dijual kembali. Akan tetapi, ada juga orang yang berinvestasi ke dalam mata uang dolar Amerika, dan dolar tersebut cepat-cepat dimasukkannya ke bank. Ini karena bila dolar itu disimpan di lemari, maka kondisi fisik dari kertas uangnya mungkin akan menurun, dan itu kadang-kadang akan menyulitkan bila suatu saat dolar itu hendak dijual kembali. Maklum, beberapa bank seringkali tidak mau membeli mata uang asing Anda bila kondisi uang kertasnya robek, rusak atau kumal.
Contoh lain dari produk investasi yang tidak selalu mudah untuk dijual kembali adalah barang-barang Koleksi. Barang-barang koleksi umumnya tidak selalu mudah dijual kembali karena pasar pembeli barang-barang ini sangat spesifik. Lukisan misalnya. Karena pasarnya yang spesifik, tidak selalu mudah menjual lukisan. Tapi, sekali terjual, bisa saja harganya sangat tinggi dan memberikan untung yang lumayan buat orang yang menjualnya.
Jadi, sebelum Anda memutuskan untuk berinvestasi, ketahui lebih dulu seberapa mudahnya produk investasi Anda bisa dijual kembali. Jangan sampai Anda berinvestasi tapi tidak bisa menjualnya, karena barangnya memang sulit dijual.
3. Hasil Investasi yang Diberikan Tidak Sebesar Kenaikan Harga Barang dan Jasa
Bayangkan kalau Anda berinvestasi di deposito yang memberikan bunga 10 persen setahun, sedangkan dalam setahun harga barang dan jasa malah naik 15 persen? Hal ini seringkali terjadi, bukan karena terlalu tingginya kenaikan harga barang dan jasa, tetapi karena produk yang dipilih itu sendiri belum tentu sesuai.
Iya dong, beberapa dari Anda mungkin menginginkan produk investasi yang aman dan konservatif. Tetapi, konsekuensinya adalah bahwa Hasil Investasi yang didapat mungkin saja tidak bisa menyamai kenaikan harga barang dan jasa. Kalau itu terus Anda alami dari tahun ke tahun, maka Anda akan bangkrut.
Apa yang harus Anda lakukan untuk menghadapi risiko ini? Jangan menutup diri terhadap informasi. Pelajari produk-produk investasi lain yang mungkin Anda belum tahu, dan setelah itu cobalah masuk ke situ dengan mempertimbangkan segala konsekuensinya. Lama-kelamaan, Anda pasti bisa mengatasi tingginya kenaikan harga barang dan jasa dengan berinvestasi pada produk yang memang berpotensi untuk bisa memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding kenaikan harga barang.

2.5 Sejarah Ringkas Bursa Efek Jakarta
BEJ berawal dengan dibukanya sebuah bursa saham oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1912 di Batavia. Setelah sempat tutup beberapa kali karena terjadinya perang, BEJ kembali dibuka pada 1977 di bawah pengawasan Bapepam.
Pada 13 Juli 1992, BEJ diprivatisasi dengan dibentuknya PT. Bursa Efek Jakarta. Kemudian pada 1995, perdagangan elektronik di BEJ dimulai.
Setelah sempat jatuh ke sekitar 300 poin pada saat-saat krisis, BEJ mencatat rekor tertinggi baru pada awal tahun 2006 setelah mencapai level 1.500 poin berkat adanya sentimen positif dari dilantiknya presiden baru, Susilo Bambang Yudhoyono. Peningkatan pada tahun 2004 ini sekaligus membuat BEJ menjadi salah satu bursa saham dengan kinerja terbaik di Asia pada tahun tersebut.
Pada tahun 2007 BEJ melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya dan berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia. Penggabungan ini menjadikan Indonesia hanya memilki satu pasar modal

2.6 Berinvestasi Di Luar Negeri
Kepada para calon maupun investor diproduk finansial seperti Forex, Indeks dan Komoditi, hendaknya teliti lebih dahulu agen perusahaan yang menawarkan kepada anda. Sampai sejauh mana kemampuan mereka di bidang Investasi itu. Yang sangat dikhawatirkan jangan sampai yang datang kepada anda adalah orang yang kemampuannya tidak diragukan lagi di bidang marketing/pemasaran produk ini, tetapi kemampuannya untuk mengelola Investasi anda itu ini yang perlu dipertanyakan lebih jauh. Ini pernah ditemukan beberapa Broker/Trader dari salah satu perusahaan pialang lain yang mengaku bahwa mereka hanya disuruh Marketing saja, tetapi yang mentransaksikan adalah Manager tanpa sepengetahuan Investor. Namun apabila terjadi masalah dalam transaksi maka itu dianggap hanya urusan si Broker dengan Investornya. Bahkan ada Broker terpaksa berkorban mengganti dana Nasabah, padahal dia sendiri tidak pernah ikut terlibat dalam transaksi. Anda yang Broker baru harus mengetahui betul watak dan karakter Manager anda. Jangan sampai menjadi Pecundang.
Lebih dari pada itu, perusahaan yang menawarkan Investasi ini (perusahaan pialang) lebih penting anda verifikasi lebih dalam kalau perlu cek lebih dahulu di Website Bappebti, Lembaga Kliring dan Bursa Berjangka Jakarta. Satu hal yang kurang dipahami banyak calon Investor bahwa transaksi ini kebanyakan produk Bursa Luar Negeri. Sedangkan Bappebti telah diamanatkan oleh Undang-Undang Perdagangan Berjangka Komoditi No.32 tentang pemberian Persetujuan Sebagai Pialang Berjangka Yang Menawarkan Dan/Atau Menyalurkan Amanat Nasabah Untuk Transaksi Kontrak Berjangka Ke Bursa Berjangka Luar Negeri. Kalau kita membuka website Bappebti ada 79 perusahaan pialang berjangka yang terdaftar termasuk yang dibekukan dan dicabut izinnya, sedangkan yang memperoleh Persetujuan Menawarkan dan/atau Menyalurkan Amanat Nasabah Ke Bursa Luar Negeri dari Bappebti hanya 13 perusahaan pialang. Tetapi transaksi-transaksi diatas oleh Bappebti dan BBJ disebutnya sebagai Sistim Perdagangan Alternatif. Dalam hal ini ada beberapa perusahaan pialang justru menyalurkan ordernya ke Pedagang Berjangka, bukan langsung ke prinsiple Luar Negeri sesuai yang tercantum di surat persetujuan Bappebti. Kondisi ini patut menjadi bahan pertimbangan calon Investor, kalau perlu menanyakan hal ini secara detail alur-alur order kepada marketing yang menawarkan agar Investasinya aman dikemudian hari.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Investasi memiliki beberapa cirri-ciri sebagai berikut:
1. Investasi harus menghasilkan jumlah yang lebih besar.
2. Investasi mensyaratkan modal awal.
3. Investasi itu menuntut keahlian atau menghasilkan kemahiran.
4. Investasi selalu masuk akal.
5. Investasi mengandung kepastian berhasil diatas 50%.
6. Investasi tidak dapat diketahui hasilnya terlebih dahulu.
7. Investasi tidak melanggar etika atau hukum.
8. Investasi berjumlah relatif besar.
Keunggulan Investasi Saham
1. Menarik keuntungan dari IPO
2. Capital Gain
3. Menerima Deviden
4. Stock Split
5. Right Issue atau Saham Bonus
Laba Dari Berinvestasi Saham
1. Target Laba Main Saham (Umum)
2. Target Laba Investasi Saham (Jangka Panjang)
3. Target Laba Trading Saham (Jangka Pendek)
Resiko Berinvestasi
1. Turunnya Nilai Investasi
2. Sulitnya Produk Investasi itu Dijual
3. Hasil Investasi yang Diberikan Tidak Sebesar Kenaikan Harga Barang dan Jasa

3.2 Saran
Saranya adalah seharusnya didalam berinvestasi kita harus senantiasa berhati-hati

Tidak ada komentar: